Love Will Remember Part 1

 

1.       Author : Lime

2.       Judul : Love Will Remember Part 1

3.       Kategori : Romance,Family, Chapter

4.       Cast :

          Jung Jessica SNSD

          Lee Donghae Super Junior

          Byun Baekhyun EXO

          Kim Hyoyeon SNSD

          Lee Eunhyuk Super Junior

Hai. Ini FF Haesica lagi. Kali ini agak berbeda. Maaf part 1 nya kurang panjang, tapi inti ceritanya sudah jelas. Author membuat chapter untuk FF ini. Meskipun konfliknya sudah jelas, tapi konflik setelahnya akan mencul lagi. Semoga suka! Maaf banyak typo. Don’t like, don’t read. Do read, do RCL! ^^

 

Tak ada yang lebih menyenangkan baginya selain bermain dengan sang Ayah. Anak laki-laki itu tertawa lepas sambil bercengkrama dengan ayahnya. Sebuah kesempatan langka baginya untuk bisa bermain bersama ayahnya. Waktu. Waktu adalah musuh besar bagi mereka. Tak banyak waktu yang bisa diluangkan sang Ayah untuk anak laki-lakinya. Kesibukan demi kesibukan berlangsung setiap hari.

Meski begitu, anak laki-laki itu lebih dekat pada ayahnya daripada sang Ibu. Entah bagaimana anak laki-laki itu merasa berbeda jika bersama ibunya. Anak itu berpikir bahwa ibunya tidak menyayanginya. Sebuah pemikiran yang dangkal untuk anak usia 8 tahun.

Baekhyun beringsut dari pelukan ayahnya, Eunhyuk. Ia menatap geli mata nakal ayahnya. Keduanya kemudian tertawa dan kembali bergulat di atas ranjang Baekhyun.

“Appa aku akan menghajarmu, kyaaaaa!”

Serangan demi serangan dilancarkan Baekhyun ke tubuh Eunhyuk. Eunhyuk akan berpura-pura sakit dan mati kemudian Baekhyun tertawa riang karena menang melawan ayahnya.

Saat keduanya tengah asyik bercanda, pintu kamar Baekhyun dibuka seseorang. Eunhyuk dan Baekhyun menghentikan aktifitas mereka dan menoleh ke arah pintu. Hyoyeon, istri sekaligus ibu itu sedang berdiri di ambang pintu.

“Sayang apa kau lupa kalau kita harus mengunjungi ke rumah orangtuamu sekarang.” Kata Hyoyeon.

“Astaga!” Balas Eunhyuk kemudian beranjak.

Dengan cepat Baekhyun menarik tangan ayahnya. Ia menatap dalam mata ayahnya kemudian berlirih, “Appa besok hari ulangtahunku.”

“Ini hal penting, Baekhyun ah. Eomma dan Appa harus mengurus sesuatu yang penting.”

“Apa aku harus merayakannya sendiri? Atau aku ikut saja Appa, ya?” Pinta Baekhyun.

“Besok kau harus sekolah. Eomma dan Appa akan pulang besok sore, mungkin malam. Kita bisa merayakannya besok saja tepat saat ulangtahunmu.” Tolak Eunhyuk lembut pada anaknya.

Baekhyun mengangguk lemah kemudian melepaskan pegangannya pada Eunhyuk.

“Appa sudah menyiapkan hadiah untukmu. Tapi ingat, kau harus membukanya tepat jam 12 malam ini. Hadiahnya ada di dalam lemarimu, di atas tumpukan baju.”

~***~

Baekhyun memainkan ujung selimutnya dengan pandangan yang tak lepas dari jam dinding. “dua menit lagi.” Ia sudah tidak sabar membuka hadiah dari Appanya. Sesuatu yang ada di dalam lemari. Benda apa yang ada di sana?

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Baekhyun bergerak cepat membuka lemarinya. Ia memeriksa tumpukan baju yang tersusun rapi, ia meraba di bagian atas dan menemukan sesuatu. Sebuah amplop yang beraroma khas parfum ayahnya. Baekhyun kembali memastikan isi lemarinya. Ia membongkar dan memeriksa lemarinya berkali-kali. Nihil. Tidak ada satupun bungkusan kado atau hal semacamnya. Hanya sebuah amplop saja benda asing di dalam lemarinya.

Baekhyun mendengus kesal. Ia duduk di tepi ranjang sambil memandangi amplop surat itu. “Jadi ini hadiah ulangtahun dari Appa? Aku yakin isinya pasti hanya kartu ucapan saja. mana mungkin Appa punya waktu untuk sekedar membelikanku kado.”

Tangan mungil Baekhyun membuka amplop itu. Baekhyun sadar itu bukan sekedar surat biasa. Perlahan ia mulai membuka dan membaca isi surat itu.

“Happy Birthday, my beloved son! Kau mungkin akan bertanya-tanya kenapa Appa hanya memberimu surat ini. Ini memang hadiah untukmu. Appa menuliskan sebuah cerita menarik di dalam surat ini. Pastikan harus membacanya dengan jelas, seksama, dan tak ada satu pun kata yang terlewatkan. Cerita nyata yang perlu kau ketahui, Baekhyun ah. Usiamu sudah 9 tahun, kau harusnya bisa mengerti dan memahami cerita yang akan Appa sampaikan…”

Baekhyun tersenyum dan kembali membaca lanjutan surat dari Appanya.

~***~

[FLASHBACK ON]

 

Tidak ada yang lebih menyenangkan dari menyeruput capucino panas sambil menatap keluar jendela bagi wanita itu. Ia tersenyum dingin sedingin salju yang turun dan menyelimuti kota. Ia meneguk capucino-nya, menggenggam gelas dan merasakan panas yang menyebar di genggamannya. Hangat sekali.

Ia tersenyum lebar melihat segerombolan anak kecil yang berlomba menangkap salju.

Ini Natal yang kesekian kali yang akan ia habiskan sendiri di kota ini, Seoul. Sebelumnya ia selalu menghabiskan waktu bersama kedua orangtunya di San Fransisco. Masa-masa yang sangat indah baginya. Sebelum orangtuanya memilih berpisah.

Pertengkaran tak terelakkan terus terjadi. Kata-kata kasar dan caci maki orangtuanya menjadi makanan sehari-hari wanita itu. Orangtuanya bertengkar, saling menghujat, saling mencaci. Entah apa alasan yang jelas pertengkaran hebat itu terus saja terjadi. Masalah yang berat untuk seorang wanita kecil di saat itu. Ia tidak mengerti.

Satu hal yang selalu dilakukannya. Berlari. Ia selalu berlari dari orangtuanya. Hingga kedua orangtuanya memilih bercerai. Ia tidak tahu harus bagaimana, tinggal bersama ibu atau ayah. Ia ingin tinggal bersama keduanya.

Ia pernah tinggal bersama ibunya untuk beberapa bulan, namun ia memutuskan pergi karena ibunya terlalu sibuk dengan suami baru. Tinggal bersama ayahnya pun pernah. Namun perangai ayahnya berubah drastis. Ayah yang dulu lembut kini menjadi kasar dan sering memukul.

Dan akhirnya ia pergi ke Seoul. Tempat keluarganya berasal. Meskipun hampir seluruh keluarga besarnya tinggal di San Fransisco, ia ingin tinggal disini.

Sudah dua tahun berlalu. Dengan mengandalkan uang hasil pekerjaanya sebagai desainer, ia hidup sendiri di Seoul.

“Kali ini minuman itu gratis.”

Wanita itu menoleh ke arah sumber suara. Suara yang membuyarkan ingatannya. Seorang laki-laki tersenyum padanya kemudian duduk di hadapan wanita itu.

“Aku sudah membayarnya.” Balas Jessica.

“Akan ku kembalikan uangmu.” Kata laki-laki itu seraya menaruh selembar uang di atas meja tepat di depan wanita itu.

“Jangan begitu.”

“Kau sudah menjadi pelanggan tetap di sini selama sebulan terakhir, aku hanya memberikan bonus.”

“Okay.” Kata wanita itu. Ia mengantongi uang yang seharusnya ia gunakan untuk membayar capucino panasnya.

“Aku Lee Donghae. Panggil saja Donghae.”

“Jessica, cukup panggil aku Jessica.”

Sebuah perkenalan singkat.

Selama sebulan terakhir Donghae selalu memperhatikan Jessica. Wanita itu selalu menghabiskan waktu sorenya di coffee shop miliknya. Jessica selalu memilih duduk di meja yang sama. Di pojok ruangan dan menghadap jendela.

“Kenapa kau selalu duduk di meja ini?” Tanya Donghae.

Jessica menghela nafas panjang. Ia meletakkan gelas capucino nya dan menatap Donghae. “Apa pedulimu?”

“Aku hanya bertanya, mungkin ada alasan khusus.”

“Tidak ada.”

“Aku pikir kau punya masalah. Kau bisa ceritakan padaku, Jessica. Aku bisa menjaga rahasia.”

“Tidak terimakasih.” Ketus Jessica. Ini kali pertama baginya, ada orang asing yang peduli padanya. Mungkin sekedar basa-basi bagi Donghae, namun bagi seorang seperti Jessica, basa-basi itu cukup menyentuh.

Jessica beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan pergi meninggalkan coffee shop. Donghae masih bisa melihat wanita itu berjalan ke jalan melalui jendela, melalui tempat favorit wanita itu.

~***~

Esok harinya Donghae tidak pernah menemukan pelanggan tetapnya mampir. Begitu pula dengan hari-hari berikutnya. Ia menyesal dengan kejadian malam itu. Mungkin ia sangat menyinggung Jessica.

“Aku ingin pesan capucino seperti biasa.”

Donghae tertegun dan menoleh ke tempat pemesanan. Ia melihat sosok Jessica yang tengah bercanda dengan salah satu karyawannya. Mereka terlihat sangat akrab.

Donghae segera menghampiri Jessica sesaat setelah wanita itu duduk di tempat favoritnya.

“Aku minta maaf atas apa yang terjadi di malam natal itu.” Sesal Donghae.

“Aku harusnya berterimakasih padamu. Aku… aku hanya tidak terbiasa dipedulikan.” Sahut Jessica.

“Kalau begitu biarkan aku peduli….”

“Dan aku tidak terbiasa percaya pada orang lain.” Potong Jessica cepat.

“Mungkin aku bisa membantu. Kau. Kau selalu berdiam diri disini. Pandangan matamu itu, mungkin aku mengerti. Pandangan mata yang sepi karena kehilangan sesuatu.” Kata Donghae.

“Jangan terlalu percaya diri.” Ujar Jessica sinis.

“Baiklah. Lalu apa masalahnya?”

“Kau membuatkan kehilangan selera.”

“Kalau begitu minumlah dulu.”

Jessica meminum habis capucino nya dalam satu tegukan kemudian pergi. Donghae tidak ingin kehilangan kesempatan lagi. Ia mengejar Jessica dan meneriakki wanita itu.

Jessica menoleh kesal namun menghentikan langkahnya. “Apa maumu?!”

“Mauku adalah kau dan aku akan berkencan di malam tahun baru.”

“Berkencan?!”

“Oh bukan. Hanya berjalan-jalan biasa. Bagaimana?” Ajak Donghae.

“Dengan begitu kau akan berhenti menggangguku, kan?”

“Ya. Hanya habiskan satu malam denganku.” Tawar Donghae.

Jessica menimbang cukup lama. Ia terbiasa sendiri. Ia benar-benar tidak terbiasa bersama orang lain. Namun kehadiran laki-laki yang baru dikenalnya beberapa minggu lalu cukup menjengkelkan.

“Baiklah.” Jawab Jessica.

“Aku tunggu jam 8 malam di coffee shop.” Kata Donghae lalu tersenyum lebar.

Jessica berlalu tanpa mengucapkan satu kata pun.

~***~

Jessica tertegun saat memasuki halaman coffee shop. Gelap. Tak ada satupun lampu yang menyala. Ia yakin kalau Donghae lupa akan janjinya dan memutuskan menutup coffee shop lebih awal.

Jessica melirik jam tangannya. Sudah jam 8 tepat. Ia belum bisa memutuskan untuk pergi. Ia berjalan mendekati coffee shop dan meraih gagang pintu.

Sreet.. tidak terkunci.

Jessica mendorong pintu dan membukanya, kemudian cahaya bersinar di dalam ruangan. Coffee shop yang tadinya biasa saja seperti disulap dengan suasana remang-remang cahaya yang menembus kotak-kotak berlubang bermotif bintang.

“Kau suka?” Tanya Donghae yang muncul dari meja pemesanan. Ia memberikan segelas capucino pada Jessica.

“Itu dengan formula yang berbeda. Racikanku sendiri.” Sambung Donghae.

Jessica meneguk capucino nya. Terasa lebih manis dan nikmat. “Ini enak.”

Keduanya kemudian duduk di meja favorit Jessica. Suasana malam yang ramai meski dihujani salju menambah keromantisan di antara mereka.

“Jadi kita hanya akan merayakan tahun baru disini?” Tanya Jessica.

“Tentu.”

“Okay…”

“Jessica ceritakan aku tentangmu.”

Jessica tersedak kaget. “Aku? Kenapa kau sangat penasaran tentang hidupku?”

“Aku pernah memiliki pandangan kesepian itu. Aku tahu rasanya dan mengerti arti pandanganmu.” Ujar Donghae.

“Sudah ku bilang jangan terlalu percaya diri.”

“Aku kehilangan ayahku saat aku masih sangat kecil. Sebut saja kecelakaan. Kemudian beberapa tahun setelah itu ibuku menyusul. Kau tahu rasanya kehilangan keduanya?”

Jessica terdiam. Ia memainkan jarinya di meja, seakan menunggu cerita Donghae.

“Aku jatuh. Aku hancur. Aku memilih sendiri, sama sepertimu. Kemudian seorang teman hadir dalam hidupku. Membuatku bangkit dari kehancuran dan memulai hidup baru.”

“Temanmu seorang wanita?” Tebak Jessica.

“Tidak, dia laki-laki. Sahabat terbaik yang aku punya. Aku berpikir aku bisa membantumu. Sama seperti yang temanku lakukan padaku.”

Jessica menghela nafas panjang. “Haruskah aku percaya padamu?”

“Mungkin bisa membantumu meringankan beban.”

Jessica memulai ceritanya. Bagaimana orangtuanya bertengkar kemudian bercerai. Bagaimana ia tinggal sendiri di Seoul setelah menyelesaikan sekolahnya di San Fansisco. Cukup melegakan memang, seperti lubang besar di dadanya kini mulai tertutup dan terisi sempurna.

Donghae menepuk pundak Jessica dan menenangkannya. Ia menangkap sebulir air mata bening jatuh di pipi wanita itu. “Tenanglah, kau punya teman sekarang.”

~***~

Waktu telah berlalu begitu cepat. Awalnya sangat terasa lambat saat menjalani waktu sendiri. Namun dengan kehadiran seseorang yang turut serta menemani, dalam suka maupun duka, semuanya terasa begitu cepat. Apalagi seseorang itu adalah yang paling disayangi. Seperti malaikat di musim dingin yang menghangatkan tubuh ditengah badai salju.

Pagi ini Jessica terbangun. Ia menemukan tubuhnya masih dalam posisi yang sama sejak semalam, masih dalam pelukan Donghae. Jessica mengecup beberapa kali pipi kekasihnya sampai Donghae menggeliat dan terjaga.

Donghae menginap di apartemen Jessica. Kadang Jessica yang menginap di tempat Donghae. Sebuah hubungan yang sudah dibilang sangat intim.

“Aku ingin kau selalu menjadi orang pertama saat aku terbangun.” Kata Donghae.

“Dan akan selalu begitu. Kapan kau akan menikahiku?”

“Secepatnya.”

“Aku akan merancang sendiri gaun pengantinku.” Sahut Jessica bersemangat.

“Jangan. Itu tidak akan menjadi surprise.”

“Baiklah. Aku akan meminta temanku yang lain untuk merancangnya.” Ujar Jessica. “Tapi aku takut menikah. Aku takut hal yang terjadi pada orangtuaku akan terjadi pada kita.”

“Aku berjanji aku tidak akan melakukan kesalahan seperti yang orangtuamu lakukan.”

Tiba-tiba Jessica merasa mual. Seperti gunung yang akan mengeluarkan larvanya. Ia bergegas ke wastafel dan muntah. Donghae dengan sabar memijat leher Jessica.

“Apa kau hamil?” Tanya Donghae cemas.

“Aku tidak tahu.”

“Ayo ke dokter!”

“Biar aku sendiri…” Tolak Jessica.

“Kita bisa pergi bersama-sama.”

“Dan membiarkan coffee shopmu tutup? Aku akan baik-baik saja, sayang.”

Donghae mengalah. Jessica tipe wanita yang keras hatinya. Cukup sulit meluluhkan hati wanita yang satu ini baginya. Entah bagaimana Jessica bisa menjadi segalanya bagi Donghae. “Kau yakin?”

“Ya.”

~***~

“Silahkan tunggu sebentar, Agassi.” Kata salah seorang perawat.

Jessica menunggu di ruang tunggu. “Aku harap aku hamil lalu Donghae tidak akan menunda-nunda lagi rencana pernikahannya.”

Ponsel Jessica bordering di saat ia menunggu. Donghae.

“Sayang hasilnya belum keluar…”

“Aku ingin kau kembali pulang, sekarang!”

“Tapi Donghae…”

“Sekarang!”

Jessica tertegun. Ia segera meninggalkan klinik dan kembali pulang.

Sesampainya di rumah ia menemukan Donghae sudah berpakaian rapi. Satu hal yang mengherankan, Donghae sedang memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.

“Kita akan pergi kemana?” Tanya Jessica heran.

“Bukan kita, tapi aku.” Jawab Donghae tegas.

“Tapi kenapa?”

“Aku sudah muak dan lelah bersamamu. Aku butuh udara segar. Aku akan meninggalkan Seoul. Entah kemana, dan kau jangan pernah mencariku lagi.”

“Donghae ya…” Jessica memeluk lengan Donghae sambil menahan tangisnya. “Kenapa seperti ini? Bagaimana dengan pernikahan?”

“Pernikahan? Aku belum siap. Kau saja yang ingin cepat-cepat menikah.” Ujar Donghae datar.

“Kau bilang.. kau tidak akan melakukan seperti yang orangtuaku lakukan.”

“Hey, apa kau tidak tahu kalimat romantis yang diucapkan laki-laki agar wanitanya melayang? Aku positif akan pergi dan meninggalkanmu dan kita.” Donghae menarik dirinya dari pelukan Jessica. Tanpa menoleh ke arah Jessica, ia keluar dari pintu dan menghilang.

Sesaat kemudian Jessica menerima pesan, dari klinik yang baru saja ia kunjungi.

“Selamat! Jessica Jung Anda positif hamil.”

Kata positif yang diucapkan Donghae dan yang ia baca sangat bertolak belakang. Ia tersenyum dingin dengan lelehan air mata di pipinya.

~***~

Waktu memang adalah musuh terbesar. Kini semua terasa lambat jika dilalui sendiri. Ia sendiri, selalu sendiri. Jessica memilih tetap tinggal di apartemennya. Tidak bekerja dan tidak melakukan aktifitas apapun. seperti terpenjara dalam sepi dan kesunyian.

Ia mengelus perutnya, sudah 9 bulan. Ia tidak tahu harus bagaimana, ia benar-benar terbiasa sendiri. Dan bayi yang dikandungnya akan segera lahir ke dunia, akan menjadi teman dalam hidupnya.

“Aku ingin memberikan kesempatan terbaik bagimu, Nak.”

Sudah beberapa kali ia merasakan kontraksi. Ia tahu bayinya akan segera lahir. Tanpa bantuan siapapun ia segera meluncur ke rumah sakit.

Sesaat sebelum ia memasuki ruangan, ia melihat seorang laki-laki yang tengah berusaha menenangkan wanita yang menangis. Wanita itu meremas perutnya sendiri sambil terus meraung.

“Apa yang terjadi?” Tanya Jessica pada laki-laki itu.

“Istriku keguguran. Dan berakibat ia tidak bisa hamil lagi.”

Jessica tersentuh. Wanita itu sangat menginginkan anak. Sedangkan ia sendiri berencana memberikan kesempatan terbaik untuk anaknya yang akan segera lahir.

~***~

Sesaat setelah proses kelahiran, Jessica meminta pulang paksa pada pihak rumah sakit. Dengan kondisi yang masih lemah, ia menggendong bayinya keluar rumah sakit dan naik taksi. Air matanya mengalir deras saat bayinya menangis minta ASI, perlahan ia menyusui bayinya. Bayinya kembali tenang, namun Jessica tidak bisa tenang. Ia sudah mantap akan memberikan kesempatan terbaik untuk anaknya.

Taksi itu berhenti di sebuah tempat yang cukup besar. Jessica turun dan menatap tempat yang akan ia masuki.

“Inilah kesempatan terbaikmu. Kau tidak akan pernah bahagia tinggal bersamaku, bersama ibumu.”

Ia melangkah masuk. Seorang wanita tua yang ditemuinya. Wanita tua itu segera menggendong bayi Jessica. Keduanya sudah pernah bertemu sebelumnya. Keduanya telah membuat kesepakatan bahwa sesaat setelah bayi Jessica lahir, ia akan menitipkannya di Panti Asuhan.

“Kau tidak ingin melihatnya sebentar? Atau mungkin menciumnya?” Tanya wanita tua itu sebelum Jessica pergi.

Jessica tersenyum dingin sambil menggeleng. Ia pergi dari tempat itu dengan berlinangan air mata.

~***~

 “Ini untukmu.” Jessica menaruh seikat bunga di meja wanita yang ia temui tengah menangis di lorong rumah sakit sebelumnya. Wanita itu sama sekali tidak mau melihat wajah Jessica. Ia memiringkan badannya bersembunyi di balik selimut.

“Aku juga kehilangan bayiku. Aku tahu rasanya. Sangat menyakitkan, bukan?” Sambung Jessica. “Suamimu mengizinkanku masuk, menurutnya aku bisa menenangkanmu.”

“Kita berbeda, kau tidak tahu rasanya. Aku tidak akan bisa punya anak lagi.” Cetus wanita itu. Masih bersembunyi di balik selimutnya.

“Setidaknya kau masih punya suami yang akan mendampingimu. Aku, aku tidak punya siapa-siapa.” Kata Jessica. “Aku belum pernah melihat wajahmu. Tapi aku akan tahu ekspresinya karena aku pernah merasakannya. Kalau begitu, aku pergi.”

“Apa yang terjadi pada bayimu?”

“Aku kehilangan dia.”

“Dia mati?”

Jessica merasakan sesak di dadanya. Meninggalkan bayinya di anti asuhan saja sudah sangat menyakitkan, bagaimana dia  bisa melihat bayinya mati. “Ya, dia mati.” Jawab Jessica kemudian pergi.

~***~

Di tempat lain, di tempat yang baru saja Jessica kunjungi, seorang laki-laki melangkah masuk ke tempat itu. Ia membuntuti Jessica saat Jessica datang ke tempat itu dengan bayinya.

Laki-laki itu juga mencari wanita tua yang ditemui Jessica. “Aku ingin mengadopsi bayi.”

“Kami akan sangat senang sekali. Disini ada beberapa bayi yang bisa kau adopsi. Kau ingin yang berumur berapa?” Kata wanita tua itu dengan ramah.

“Yang baru saja di lahirkan.”

“Bayi seperti tidak….”

“Aku melihat seorang wanita tadi datang kesini dengan membawa bayi dan ia pergi tanpa bayi itu. Sudah jelas ia menitipkan bayinya disini.” Potong laki-laki itu cepat.

Akhirnya karena terus didesak, wanita tua itu mengalah dan mengizinkan laki-laki itu mengadopsi bayi yang baru lahir itu, bayi Jessica.

“Tuan, siapa nama Anda? Kami butuh data siapa saja yang mengadopsi anak dari tempat kami.”

“Namaku? Lee Donghae.”

~***~

Donghae menggendong bayinya sambil berjalan di lorong rumah sakit. Ia masuk ke dalam kamar perawatan tempat teman istrinya dirawat.

“Ini bayimu?” Tanya temannya.

“Ya.Eunhyuk, sudah berjanji akan menjaga bayiku.” Kata Donghae.

“Dia sangat tampan. Sama sepertimu, sayang aku belum pernah bertemu dengan Jessica.”

“Jessicaku sangat cantik. Eunhyuk, apa Hyoyeon akan menerimanya?”

“Aku dan Hyoyeon akan sangat senang, Donghae. Apalagi Hyoyeon, kau tahu dia tidak akan bisa mengandung lagi.” Sahut Eunhyuk kemudian menggendong bayi dalam pelukan Donghae. Ia menidukan bayi itu di samping istrinya, Hyoyeon.

“Sayang, kita akan menjaga bayi ini sekarang.” Kata Eunhyuk sabil membangunkan istrinya.

Hyoyeon terbangun dan terbelalak melihat bayi mungil tertidur di sampingnya. “Ini bayi siapa?”

“Donghae mengadopsi bayi untuk kita, sayang. Bayi ini baru saja lahir.” Kata Eunhyuk.

“Donghae ini bayi siapa?” Tanya Hyoyeon, tatapannya tajam pada laki-laki itu.

“Aku tidak tahu itu bayi siapa.” Jawab Donghae. “Kalau begitu aku pergi.”

Hyoyeon mencium lembut bayi itu dengan penuh cinta. “Aku menyayangimu, anakku.”

Sebelum pergi, Donghae meminta Eunhyuk untuk merahasiakan dirinya dari anaknya nanti. Ia ingin selalu bersama anaknya dan anaknya tidak perlu tahu siapa ayahnya.

“Donghae, apa kau tidak punya foto Jessica? Mungkin suatu saat nanti aku bertemu dengannya, aku bisa membantunya. Tentu saja aku tidak akan memberitahunya tentang hal ini.” Pintu Eunhyuk.

Donghae membuka dompetnya dan menunjukkan foto Jessica. “Ini satu-satunya yang aku miliki. Ambillah, aku ingin anakku tahu siapa ibunya, ibunya yang cantik. Pastikan kau memberitahunya saat ia sudah siap. Dan hanya beritahu siapa ibunya, tetap rahasiakan aku.”

Eunhyuk menelan ludahnya sendiri saat melihat foto Jessica. Tangannya bergetar hebat namun dengan cepat ia mengantongi foto Jessica.

“Ada yang salah? Hey jangan bilang kau pernah mengencaninya sebelumnya!” Protes Donghae.

“Tidak, aku baru pertama kali melihatnya. Dia memang cantik.” Ujar Eunhyuk.

[FLASHBACK OFF]

~***~

“Baekhyun ah, kau bukanlah anak kandung kami. Kami hanya orangtua angkatmu. Maafkan appa dan eomma yang merahasiakannya selama ini. Appa berjanji akan mengungkapkan ini padamu saat kau sudah siap, dan sekarang saat yang tepa untuk kau mengetahui semuanya.”

Baekhyun menangis membaca lanjutan surat dari Appanya. Ia tidak tahu bagaimana ia tiba-tiba bisa menjadi anak mereka. Baekhyun menutup matanya sebentar, membiarkan air matanya mengalir deras. Dengan penuh ketenangan ia melanjutkan suratnya.

“Ibu kandungmu menitipkanmu di panti asuhan. Lalu eomma dan appa mengadopsimu. Alasan Appa tetap sibuk adalah Appa berusaha menemukan ibu kandungmu dan Appa menemukannya. Ia tinggal di Seoul sekarang. Kau tahu kan alasan Appa mengajak Eomma di saat hari ulangtahunmu? Appa ingin kau pergi ke Seoul dan menemukan ibu kandungmu. Itu adalah hadiah terindah yang bisa kau miliki. Oh ya, Eommamu tidak tahu rencana ini.”

Baekhyun tersenyum lebar. Ia pernah ke Seoul bersama Appanya beberapa bulan yang lalu menggunakan kereta. Mereka kabur dari rumah, dari Busan ke Seoul, hingga Hyoyeon marah besar saat mengetahui anak dan suaminya tidak ada di rumah.

Sekarang Baekhyun sudah mengerti semuanya. Mengapa dulu Appanya mengajarinya mati-matian bagaimana jalan menuju Seoul. Appa nya sudah menyiapkan semuanya sejak dulu, hanya menunggunya untuk siap.

“Appa tahu kau punya tabungan yang cukup untuk pergi ke Seoul. Carilah ibu kandungmu, Lee Baekhyun.”

 

Selembar surat itu berhenti disitu. Baekhyun terdiam. Appanya sama sekali tidak memberikan alamat atau clue apapun dimana ibu kandungnya berada.

“Seoul itu kota yang besar, Appa bodoh sekali. Mana mungkin aku menjelajahi kota Seoul dalam sehari untuk menemukan ibu kandungku.” Keluh Baekhyun.

Selembar kertas terjatuh dari amplop suratnya. Baekhyun meraih kertas itu, disanalah tertulis alamat lengkap tempat tinggal ibu kandungnya. Ia membalikkan kertas itu. Itu bukan kertas biasa, itu adalah selembar foto.

“Jessica Jung?” Baca Baekhyun. “Ini pasti ibuku. Wah dia sangat cantik.”

Baekhyun menciumi foto Jessica. Ia tak bisa membendung air matanya lagi. Ia memeluk erat foto Jessica dan berbisik pelan, “Aku akan menemukanmu, Eomma.”

TO BE CONTINUE

19 thoughts on “Love Will Remember Part 1

  1. wahhhh donghae parah!gak tanggung jawab!
    serrrruuuuuu
    tapi ini bikin aku mikir keras diusia yang bisa dibilang masih anak anak, batin baekhyun bisa nerima kah?keren sih kalo baekhyun paham masalah serumit itu -___- hhh*abaikan
    over all aku suka pendeskripsian kalimatnya,good job thor!
    LANJUTTTTT

  2. yaakk donghae tega banget !!
    masa ninggalin jesica gitu aja? 😦
    lanjut ya eoni 😀
    penasaran banget sama kelanjutannya ^_^

  3. Seneng bnget pas tau Jessica hamil , tapi knpa Donghae ngga bertanggung jawab ? 😦
    Semoga Donghae , Jessica , Baekhyun bisa berkumpul menjadi keluarga yg bahagia 🙂
    Lanjut ya thor , jngn lama” :d

  4. Dongeee jahat kejamm,aigooo kenapa dya bsa ninggalin jess ,aigoo dongeee 😦

    nyeseggg baca nya ,ya ampun baekhyun hrus bsa nemuin jessica 🙂
    #fightingBaekhyun-ah

  5. Ohhh, Bacon tetep anaknya HaeSica yahhh, aku kira anaknya si HyoHyuk 🙂
    Bacon oppa FIGHTING!!! 😀

    Dan Haeppa, kenapa jahat banget huh? Nggak bertanggung jawab.. Bener2 jahat
    Penasaran Haeppa kok jahat gitu, lanjut baca aja deh

  6. hy thor… q readers bru diblog ni. gk sgja nemu blog ni. & q kcantol sm ff u yg 1 ni. sedih bc’a…. bner2 bgus ni crita’a…
    ok qlnjut ff’a…

  7. Donghae jahat gila
    Itu knapa dia kaya gituu -_-
    Baekhyun bagus banget ngga benci sama orang tuanya haha
    Anak pintaar hehe
    Lanjut cus hehe

  8. Crtny sgt asik n sungguh mnyentuh.
    Sdkit cpt n agk bingung awlny pas bc flashbackny.mgkin author ingin lbh gmblang di inti crtny baekhyun cr jessica.
    Knytaan pahit tp hrs ditrm n dijlni.q cm heran knp hae lkukn hal itu pd sica..?

Leave a reply to Riska Cancel reply